~*~ Mana yang Lebih Riil Menurut Kita? ~*~

Ketika seseorang diiming-imingi bisnis untuk menanam modalnya sekian dan kemudian hari akan memperoleh sekian lipat dari apa yang diinvestasikannya itu, pada umumnya sekarang orang akan tertarik untuk mengikutinya, apa alasannya? uang yang didapat itu riil di depan mata.

Teringat kisah dari teman bahwa suatu ketika di Desanya ada orang yang pingsan karena orang tersebut kalah dalam calonan Pemilihan Desa dan telah menghabiskan sembilan puluh juta selama masa kampanye untuk menjadi kepala Desa yang akan dijabatnya selama lima tahun itu. Temanku bercerita padahal hanya terpaut dua rumah dari rumah orang yang kalah calonan PilKaDes itu ada sebuah bangunan yang sudah depalan tahun dibangun tidak jadi-jadi, padahal biasanya jika orang membangun rumah setahun aja jadi, nah bangunan ini delapan tahun belum jadi. Akupun penasaran bangunan apa itu ya? ternyata yang dimaksut adalah Masjid.

Aku membayangkan seandainya orang yang kalah dalam calonan Pilkades itu uang yang digunakan kampanye misal separonya aja mau di "investasikan" dibangunan yang belum jadi itu, sungguh tempat yang akan ditempatinya itu insyaAlloh tidak hanya 5 tahun layaknya jabatan kepala desa, juga bukan 50 tahun tapi Insya Alloh selamanya yakni di Surga Alloh. Bayangkan jika tiap ada orang yang sholat disitu dia akan mendapatkan pahala orang tersebut, setiap ada yang mengaji 1 huruf aja di Masjid itu pahalanyapun akan mengalir kepadanya apalagi jika Masjid itu untuk aktivitas ibadah yang tiada hentinya tentu akan mengalir deras pahala itu kepadanya meski ajalpun menjemputnya. Teman semoga kisah ini mampu menggerakkan hati kita, diri kita untuk lebih ringan menginvestasikan bahkan bukan hanya harta, namun jiwa, tenaga kita untuk kita investasikan kepada agama kita ini, Islam.

Lantas mengapa kalau pahala yang dijanjikan Alloh jika kita beramal jariyah, amal yang terus menerus mengalir meski kita sudah meninggalkan dunia ini menuju kehidupan lain namun kita terutama saya sering berat hati dalam menjalankannya? bisa jadi karena kita menganggap investasi dunia itu lebih riil nyata di mata daripada janji yang dijanjikan Sang Maha Kuasa. Teringat kisah para sahabat Nabi yang rela menginfakan hartanya begitu banyak untuk Islam, misal gimana kisah Utsman bin Affan membeli sumur dari seorang yahudi ketika kaum Muslimin hijrah dari Makkah ke Madinah dan mengalami kesulitan air lalu Utsman membeli seharga 12.000 dirham senilai harga 2,5kg emas saat itu (silahkan di rupiahkan sendiri) sebagai separo kepemilikan dan akhirnya dibeli penuh dengan menambah 8000 dirham lagi. Kenapa para sahabat dalam hal ini yang aku contohkan salah satunya Utsman bin Affan rela mengeluarkan sebegitu banyaknya harta yang dimilikinya? karena beliau hanya mengharapkan ke-Ridhoan Alloh swt bahwa janji Alloh itu riil nyata dihadapannya.
Bagaimana dengan kita, mana yang lebih riil di hadapan kita? investasi dunia apa investasi akhirat? ya Alloh lunakkanlah hati kami, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang dermawan. aamiin

Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim )

Komentar

  1. Di daerah kami Mas Topek, ada lho yg biaya utk nyalon kepala desa sampai 1,5 M. Bener ini. Ada juga kasus calon yg sudah habis 700 juta, kalah. Luar biasa bukan. "Sebenarnya apa yang mereka cari ? Prestise ? Harta ? Gengsi Jabatan ?"

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah itu malah lebih "Riil" lagi om.. pake bangeetss :)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer