~*~ Nilai Keharmonisan ~*~

Teruntuk saudaraku nan sahabatku yang dimuliakan Allah, dalam beberapa kesempatan diri ini mendapati pelajaran tentang pernikahan. Sepertinya alangkah baiknya jika diri ini mencoba membaginya.

Dalam kehidupan berkeluarga seorang istri bukanlah mitra hidup suami, melainkan istri lebih merupakan sahabat suami. Pergaulan di antara keduanya bukanlah pergaulan kemitraan layaknya di perusahaan ada atasan dan bawahan.

Pergaulan di antara keduanya tidak lain adalah pergaulan persahabatan. Satu sama lain merupakan sahabat sejati dalam segala hal, yaitu persahabatan yang dapat memberikan kedamaian dan ketenteraman satu sama lain. Sebab Allah SWT telah menjadikan kehidupan suami-istri itu sebagai tempat yang penuh kedamaian bagi suami-istri. Allah SWT berfirman:

Surah Ar-Rum, ayat 21:
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.

Ibn ‘Abbâs bertutur:
“Para istri berhak atas persahabatan dan pergaulan yang baik dari suami mereka, sebagaimana mereka wajib taat (kepada suaminya) dalam hal yang memang diwajibkan atas mereka terhadap suami mereka.”

Pernikahan diharapkan mampu menjadikan seorang suami merasa tenteram dan damai di sisi istrinya, begitu pula sebaliknya seorang istri akan merasa tentram dan damai di sisi suaminya. Mereka akan saling cenderung satu sama lain dan bukannya saling menjauhi. Jadi, ketentuan dasar dalam sebuah pernikahan adalah kedamaian dan dasar dari kehidupan suami-istri adalah ketentraman. Supaya persahabatan di antara suami-istri tersebut menjadi persahabatan damai dan tentram, maka syariah Islam telah menjelaskan apa yang menjadi hak istri atas suaminya dan hak suami atas isterinya.

Ada baiknya kita perlu merenungkan kembali niat dari tujuan kita menikah. Apakah sekedar layaknya manusia yang jatuh cinta kepada lawan jenis terus menikah dan melangsungkan kehidupannya bersama pasangan hingga punya anak, cucu bahkan cicit hingga ajal menjemput? Apakah sekedar itu saja?

Dalam mengarungi bahtera rumah tangga tentunya akan lebih baik jika kita punya visi dan misi menjadikan keluarga yang berlandaskan hukum syar'i. Menjalani keluarga berdasarkan syariat-Nya. Dimana dimulai dari memahami tugas dan fungsi dari masing-masing pihak yakni suami dan istri.

Berkeluarga juga hendaknya punya komitmen untuk saling menjaga kedamaian dan ketentraman keluarga. Jikalaupun ada masalah, saling berusaha untuk meminta maaf duluan meski ini biasanya terasa berat karena satu kata "gengsi".

Ada baiknya juga kita untuk membuat beberapa indikator dalam berumah tangga untuk dapat kita nilai sejauh mana keharmonisan, kedamaian, ketentraman, kesakinahan kehidupan rumah tangga. Dibawah ini diriku ingin berbagi beberapa indikator yang pernah aku ketahui yang selanjutnya bisa kita hitung berapa skor nilai kondusifitas kesakinahan keluarga.

Dari beberapa indikator dibawah ini, setiap indikator silakan isi dengan pilihan jawaban yang selama ini kita lakukan, bukan yang seharusnya kita laksanakan. Coba jawab dengan jujur apa adanya hal ini akan membantu kita untuk mengetahui sekondusif apa kesakinahan rumah tangga kita.
Jawaban :
A. Selalu
B. Sering
C. Kadang-Kadang
D. Hampir tidak pernah

Indikator-indikatornya sebagai berikut:
1. Mengucapkan Salaam jika keluar atau masuk rumah.
2. Istri cium tangan suami/suami cium kening istri saat keluar atau masuk rumah.
3. Berbicara dengan kelembutan.
4. Bermusyawarah dalam urusan rumah tangga.
5. Memberi kabar saat di luar kota (Telpon, SMS, WA, BBM dll)
6. Memberi info jika pulang terlambat.
7. Menahan diri saat emosi.
8. Mendengar masukan/saran/kritik.
9. Mengajak mengkaji Islam.
10. Membaca al-Qur'an di rumah
11. Memperhatikan pasangan apakah sudah sholat atau belum.
12. Memberikan pujian tulus.
13. Bangga akan suami/istri.
14. Bercanda atau ngobrol bersama.
15. Mendinginkan situasi dengan mengajak bersabar saat menghadapi ujian.
16. Mengingatkan bila pasangan bermaksiat.
17. Memperhatikan makanan kesukaan pasangan.
18. Memberi hadiah.
19. Memperlakukan suami/istri dengan cara baik.
20. Meringankan pekerjaan suami/istri.
21. Bedoa sebelum berhubugan.
22. Mendoakan suami/istri agar selamat dunia & akhirat.
23. Setiap hari mengevaluasi dan memberikan solusi bagi persoalan keluarga.
24. Mengingat selalu kebaikan-kebaikan pasangan.
25. Rekreasi sesekali saat libur panjang.

Jika sudah selesai maka rekap dan hitunglah hasil jawaban tersebut, dengan cara seperti dibawah ini:
Jumlah A x 4 =
Jumlah B x 3 =
Jumlah C x 2 =
Jumlah D x 1 =
-------------------
Total Skor Kondusifitas Kesakinahan =

Demikianlah tingkat ketentraman keluarga kita, meski bisa jadi ini ada yang menilai subyektif paling tidak dengan ini kita bisa sedikit menilai seberapa "aman" tingkat kondusifitas kesakinahan keluarga kita. Jika berada pada Nilai A maka pertahankan, jika pada nilai B tingkatkan lagi dan jika pada nilai C maka perlu ada pembenahan untuk menuju ke arah yang lebih baik namun jika nilai nya D ada baiknya ulang kembali mulai dari awal niat dan komitmen kita dalam berkeluarga agar bisa menjadi lebih baik lagi.

#Muhasabah Suami
Istriku maafkan suamimu,
sering berlaku kasar kepadamu,
sering menyakiti perasaanmu,
suamimu ini sering egois, tidak mau disalahkan,
banyak menuntut hak tapi lalai memenuhi hakmu.

Istriku ingatkan suamimu jika sedang lalai,
jangan engkau dakwa diriku nanti di akhirat.
#Muhasabah Istri
Suamiku maafkan istrimu,
Aku sering membangkangmu,
membebani pikiranmu,
kurang menghormatimu,
tidak pandai memenuhi hakmu,

Maafkan diriku suamiku,
Jangan engkau tuntut aku dihadapan Allah nanti

*Tulisan ini untuk pengingat diri sendiri, jika bermanfaat silakan diambil hikmahnya jika tidak tinggalkanlah.

Komentar

Postingan Populer