~*~ Masuk Neraka Siapa Takut #Lega ~*~


Ada suatu kisah dalam episode kehidupan yang tertulis dalam coretan hidup ini yang bisa kita jadikan pijakan agar langkah kita kedepan menjadi lebih baik lagi. Suatu peristiwa dimana kita bisa belajar darinya jika itu baik maka lanjutkanlah namun jika itu buruk maka tinggalkanlah jadikan itu sebagai pelajaran agar hal yang sama tidak terulang kembali. 


Hal itu yang ada dalam benak ini, ingin mencoba belajar agar lebih baik lagi, mencoba menata hati agar selalu rindu dalam keridhoan Ilahi Rabbi. Ada salah satu episode dalam hidup ini yang ingin ku bagi dalam coretan sederhana ini, bukan bermaksut membuka aib sendiri dan juga bukan bermaksut tuk menggurui hanya ingin sekedar berbagi siapa tau ada sedikit arti.
 
Sekitar enam tahun aku baru tersadar akan hal itu salah satu cerita palsu dalam hidupku. Enam tahun waktu yang cukup lama namun bukan berarti percuma, enam tahun itu seperti anak yang menimba ilmu di bangku Sekolah Dasar dan apakah itu artinya otakku masih sekelas anak SD tak tahulah aku. Meski begitu rasa syukur mesti ku tuturkan pada Alloh swt karena masih memberiku kesempatan bernafas dan waktu untuk memperbaiki diri dalam langkah-langkah mengiringi nyawa ini.

Saat itu salah satu Jumat diawal-awal aku masuk kuliah, sehabis sholat jumat ku termenung teringat apa yang disampaikan sang khotib bahwa orang yang mati syahid pun tidak akan bisa langsung masuk surga dikarenakan hutangnya.
Dari ‘Abdillah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah saw bersabda "Semua dosa orang yang mati syahid akan diampuni kecuali hutang.” (HR. Muslim)

Pikiran ini melayang jauh ke masa dimana diri ini lagi heboh-hebohnya sok exits bukan di bangku SMA melainkan masih di bangku SMP. Nah seingatku saat kelas 2 kala itu kami lagi ikut lomba sepak bola antar SMP se-Kabupaten, setelah event itu seharusnya jersey tim sepak bola mesti dikembalikan entah kenapa saat itu temanku bilang, "ga usah dikembalikan buat kenang-kenangan aja." Aku terdiam sejenak mungkin saat itu di kanan kiri telingaku kalau difilmkan ada makhluk merah bertanduk di telinga sebelah kiri bilang, "udah ambil aja jangan dikembalikan" sementara di telinga kananku ada makhluk putih bilang, "kembalikan itu bukan hakmu" dan akhirnya setelah kebimbangan itu ku mengikuti arahan bisikan telinga sebelah kiri, tidak aku kembalikan jersey itu.

Itulah yang membuatku gundah gulana bin galau merana, diri ini takut akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat karena belum mengembalikan jersey yang seharusnya bukan milikku. Bagaimana tidak kepikiran orang yang mati syahid saja tidak bisa langsung masuk surga karena masih menanggung hutang, apalagi diri ini yang masih jauh dari kategori baik. Bagiku itu seperti mempunyai hutang yang harus ku kembalikan. Suatu ketika liburan semester tiba aku pulang kampung dan setelah enam tahun kejadian itu berlalu ku cari jersey itu namun tidak ketemu, akhirnya aku berkunjung ke SMP ku dulu dan bilang apa adanya ke guru Bimbingan Konseling dan alhamdulillah di ikhlaskan. Lega...


Tidak berhenti disitu mumpung lagi sadar-sadarnya kejadian yang serupa ku coba ingat-ingat lagi adakah barang-barang orang lain yang masih terbawa padaku. Ternyata ku temukan sebuah kaset tape radio kenangan jaman SMA, jaman-jamannya (sok)  jadi musisi tapi gagal. Kaset itu milik teman semasa SMA yang mana dulu kita sering main band bareng (dulu ga bisa, sekarang lupa) seingatku itu kaset band Shifter ada yang tau? Dimana single hits yang ku sukai saat itu berjudul luka #eh kok malah cerita tentang status kaset. Setelah ku ingat itu akhirnya ku hubungi temanku dan diapun mengikhlaskannya. Lega… 

Dan ternyata masih ada juga nih barang yang aku bawa milik temanku SMA (kebanyakan minjam nih orang memang) ada sebuah jaket yang masih ku bawa dan untuk memperjelas status jaket tersebut seperti penyelesaian sebelumnya aku hubungi temanku dan akhirnya diikhlaskan. Lega…


Manusia oh manusia tempatnya khilaf, kejadian dengan esensi yang hampir sama namun beda terulang kembali bahkan ditahun ini. Suatu ketika di terminal kampung halaman saat hendak mau kembali lagi ditanah rantauan aku sempat ke Kamar Mandi Umum dan ketika itu aku hanya bayar seribu atau bahkan lima ratus perak aku lupa padahal kalau tidak salah uang kebersihannya itu tertera dua ribu. Diri ini pun ketika sampai di kota tinggalku sekarang menjadi gundah gulana bin galau merana lagi, aku takut hal itu menjadi beban dosaku dan alhamdulillah masih diberi kesempatan beberapa bulan kemudian aku mudik aku sempatkan mendatangi Kamar Mandi Umum itu seingatku aku bayar lima ribu meski tidak menggunakan Kamar Mandi Umum itu. Lega lagi seakan-akan tanggungan sudah hilang.

Diri ini takut jangan-jangan hanya gara-gara uang segitu mesti nyicipi neraka yang tentu akan menyiksa membuat sengsara. Dari pengalaman itu mesti terkesan sepele mungkin bagi sebagian orang tapi membuat diri ini resah dan memberi pelajaran yang berarti agar lebih berhati-hati dalam menjalini hidup ini.

Terkadang aku berfikir bagaimana dengan para pencuri, perampok, koruptor yang mengambil harta yang bukan haknya tentu dalam jumlah bilangan yang besar, apakah mereka tidak takut akan ancaman di akhirat kelak? Apakah mereka melakukannya penuh dengan kesaradan seratus persen? Apakah mereka bertindak seperti itu karena kebutuhan ataukah karena keinginan menuruti hawa nafsunya? Lantas kalau sudah seperti itu apakah bisa dikatakan kepada mereka kalau mereka sudah pantas dengan gagahnya mengatakan masuk neraka, siapa takut?

Seperti halnya hutang piutang hendaklah ketika kita yang berposisi sebagai pemilik hutang maka berusahalah untuk berkomitmen melunasinya. Jangan sampai mencari-cari alasan karena kita enggan tuk melunasinya padahal sebenarnya kita mampu tuk melakukannya. Hendaklah kita takut akan ancaman Alloh melalui hadist yang dibawa Rasul-Nya.
Dari Abu Hurairah, Rasululloh saw bersabda, “Jiwa seorang mukmin masih bergantung dengan hutangnya hingga dia melunasinya.” (HR. Tirmidzi )
 
Dari Shuhaib Al Khoir, Rasulullah saw bersabda, “Siapa saja yang berhutang lalu berniat tidak mau melunasinya, maka dia akan bertemu Allah (pada hari kiamat) dalam status sebagai pencuri.” (HR. Ibnu Majah )



Seandainya kita di posisi sebagai orang yang memberi pinjaman suatu barang atau pihak yang menghutangi uang tentu kita juga mengharapkan agar orang yang kita bantu tadi mempunyai iktikad yang baik dalam mengembalikan.

In sya Alloh ketika kita sudah tidak punya beban atas kekhilafan seperti itu akan membuat hati ini lega dan tidak akan gundah gulana galau merana. Cukuplah pengalaman dari diri kita dimasa lalu menjadikan pelajaran bagi kita dimasa kini dan apa yang terjadi dimasa kini lah yang menentukan apa yang terjadi dimasa depan nanti.

Komentar

  1. akhirnya
    wah berarti pintar main bola donk

    yup, itulah yang membuat saya takut berhutang, takut saya lapa
    sama piutang saja saya kadang lupa, lalu mendingan saya mengikhlaskan
    Soalnya utang itu tetap berlaku meski kita telah meninggal

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya kang,,mesti bukan lah tercela orang yg berhutang, yang tercela jika enggan membayar hutang

      Hapus
  2. Biasanya lawakan tentang 6tahun belajar itu digunakan untuk menyindir mahasiswa tingkat (tiada) akhir, 'anak SD aja sekolah 6 tahun, masa yang kuliah juga 6 tahun,bahkan 7 tahun' hahahaha sindiran yang pernah kutelan karena lulus kuliah 6 tahun kurang sedikit. Eh ternyata tentang hutang piutang, punya teladan bagus :)

    BalasHapus
  3. mestinya mikir yang punya cicilan hehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. eh ada kak Annur Karimah...
      ya sebisa mungkin deh.. segera dilunasi, sy juga masih punya tanggungan ke teman hehe...

      Hapus
  4. Sangat mencerahkan mas... Semoga kita bisa menjaga dari hal-hal yang terlihat sepele namun kelak bisa mwnjadikan kita tertolak utk masuk surga...suwun mas, bisa jd bekel renungan nanti smbil nunggu khotbah Jumat hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pas jumat yaah hehe....
      sama-sama mas anton

      Hapus
  5. Mas topik.. Ayo bayar utang ke aku!!!! :-P makanya aku ga suka ngulang mas, udh orgnya pikun.. Takutnya lupa :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Emang dalam berhutnga itu baiknya ada saksi atau kita tulis mbak muna..
      ayo mbak Muna traktir aq nasi gandul hehe...

      Hapus
  6. woaaah sy ingat ada something seperti itu jg waktu kuliah.. fiuuuhh mesti segera kuselesaikan nih. makasih pak sudah mengingatkan... asik yang sudah lega nih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya tuh.. Mesti segera diselesaikan
      *please deh jangan pak huuft

      Hapus
    2. Mas ato Aa juga boleh lah biar lebih nyaman hahaha..

      Hapus
  7. Betul itu mas. Banyak yang ngemplang hutang, kasihan, nanti akan mempertanggung jawabkan.
    Terima kasih pencerahannya
    Salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus
  8. Hayooo... mana sate bandeng buat emak... :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ga masuk dalam kategori itu haha

      Hapus
    2. ya masuk katagori utang lah....

      *** ikut belain bunda biar kebagian satenya.....

      Hapus
    3. Oo tidak bisa...
      Statusnya "sunah" hehe..

      Hapus
    4. hihihi... emang enak ditagih sate bandeng sama mba Niken, ayo bayar dong.... :D

      Hapus
    5. Ya tuh.. Ditagih sate bandeng nih..

      Hapus
  9. postingannya bagus mas topics moga moga bisa mencerahkan umat ya

    BalasHapus
  10. seperti kata hikmah yang selalu terdengar.. orang mukmin melihat dosa bagaikan gunung yang akan menimpanya.. sedangkan fasik melihat dosa bagaikan lalat yang hinggap di hidung kemudian mengusirnya..

    jadi bukan perkara kecilnya dosa, tetapi siapa yang diri maksiati..

    Salut buat Mas yang takut akan dosa yang sebagian orang menganggapnya kecil..

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mas.. kita mesti ngeri bagaikan gunung yang akan menimpa kita.

      Makasih Mas...

      Hapus
  11. Wah curang iki mas topics. Tulisan e isine link artikel liyane. Promosi tok ae.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Emange maen delikan curang haha..
      Kebetulan ngepas kak chelin

      Hapus
  12. Masya Allah. Benar....banyak hal yang sering kita sepelekan dan kita mudah-mudahkan
    Bahkan bisa jadi banyak dosa yang tidak kita ketahui kalau itu termasuk dosa..
    Astaghfirullah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Astagfirullah semoga lebih berhati hati ya kak ros

      Hapus
  13. Kita tidak ingat semuanya akan masa lalu, untuk itu kita harus berhati hati dalam bertindak terutama mengenai hutang piutang, bisa jadi kita punya hutang dg seseorang di masa lalu, makanya untuk masa ini marilah kita suka mengihlaskan seseorang yg berhutang kepada kita agar hutang kita kepada orang yg kita tidak mengingatnya juga diihlaskan oleh dia.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga ketika ada yang terlupa kitapun di ikhlaskan...
      Makasih mas

      Hapus
  14. hal kecil yang sering dilupakan tapi sangat besar dampaknya... :)

    BalasHapus
  15. mas, dulu traktirin saya makan diikhlasin kan? jangan2 hutang?

    wah, super sekali nih mas taufik, yang begini nih, jangan sampai karena hal kecil kita nyicipi neraka, pasti bakalan nyesel

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya ikhlas lah bang... Hehe
      Hal kecil juga perlu diperhatikan Bang

      Hapus
  16. hutang yang paling sering dilalaikan adalah janji...
    *haaaa itu aku -_-

    BalasHapus
    Balasan
    1. lah malah ngaku... hehe
      Aq juga kalo misalnya ga bisa nepatin ya minta maaf Kak Lulu

      Hapus
    2. kalau ragu kok kiranya tak bisa menepati, ya lebih baik nggak janji, tapi kalau yakin...nah baru pakai "Inshaa Alloh"

      Hapus
    3. Iya kalo ragu2 ya mending ga janji lah daripada di tagih hihi

      Hapus
  17. Kalau hutang materi mungkin masih bisa kita cicil Kang, tapi hutang budi itu yang samapai di bawa mati ya ? ha,,, ha,,, ha,,,

    Salam

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalo utang budi suruh bayarin Ibu Budi dan Bapak Budi hehe....

      Hapus
    2. iya ya, seingat saya "Ibu Budi baik sekali"

      Hapus
  18. Benar juga kang, kalau hutang sudah seharus menjadi kewajiban kita untuk membayarnya, jangan sampai di buat suatu alasan.

    Salam,

    BalasHapus
  19. saya ingat pernah meminjam beberapa buah buku ke teman. tahun 2000 an, karena jarang sekali bertemu dengan mereka, saya simpan saja buku-buku itu bersama buku pribadi saya di rak...namun sebelum saya menikah, tahun 2008 saya berusaha mengembalikan buku-buku itu ke teman. hamdalah, seorang teman malah mengikhlaskan bukunya untuk saya...setelah itu, hati lega bukan kepalang... sampai saat ini saya jadi berpikir berkali-kali bila ingin meminjam sesuatu ke teman atau tetangga, takut khilaf atau lalai mengembalikan. saya ajarkan ke anak saya untuk jangan mudah meminjam sesuatu ke orang lain kecuali sangat terpaksa, lebih baik tak punya daripada meminjam...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pernah juga pinjam meminjam buku dg teman karena sekarang sudah beda kota akhirnya saling mengikhlaskan hehe..

      Hapus
  20. Kok sekarang gak jadi pemain bola aja mas Topik? biar bisa membela Indonesia ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seiring waktu berjalan udah ga jadi cita2 lagi cukup hoby.. Itu pun sekarang ga lapangan beaar cukup futsal saja.

      Juventini hehe..

      Hapus
    2. Asyik...... min nola yuk Kang. he,, he,, he,,,,

      Hapus
  21. Luar biasa ceritanya mas. Sangat menarik untuk disimak. Terimakasih atas share nya ya :)

    BalasHapus
  22. Aku punya utang gak ya... *mikir*. Semoga tidak ada hutang yg terlupakan oleh saya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga ga ada teh.. Yaah paling rabeg aja hehe

      Hapus
  23. Turut ngelus dodo Mas. Rupaya banyak salah juga diri ini..

    Terima kasih sudah diingatkan..

    Semoga sukses ngontesnya.

    BalasHapus
  24. alhamdulillah..terimakasih sudah berkenan berpartisipasi..
    artikel resmi terdaftar sebagai peserta
    salam santun dari makassar :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. alhamdulillah.. makasih om... akhirnya lolos verifikasi juga hehe

      *salim*

      Hapus
    2. Dapet setempel dari yang punya hajat .......

      Hapus
    3. Iya nih udah dapat stempel

      Hapus
  25. Jadi merenung aku, Mas. Bisa bantu aku mengurai seberapa banyak dosa-dosaku? Bagaimana aku harus menghapusnya? :)

    BalasHapus
  26. wah iya iya tulisan ini memang cocok dengan GAnya om hari..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kak rin chu akhirnya diikutkan GA hehe

      Hapus
  27. orang ga takut neraka itu termasuk manusia apa ya...,wong firaun aja di hatinya ngerasa takut

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah ga tau tuh yaa...
      mungkin nafsunya yang mengalahkan rasa takutnya

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer