~*~ Istriku Cemburu ~*~




Dan untuk kali ini, aku harus mengatakan tidak pada teman-teman ku, untuk ikut bersama mereka "jalan-jalan".

Cukup sering aku bepergian keluar kota, untuk melaksanakan aktivitas sembari jalan-jalan menikmati kota yang dituju. Menikmati keindahan alamnya maupun kulinernya. Efek sampingnya, aku berjauhan dari istri dan anakku.

Istriku sepertinya cemburu yang akhirnya dengan kondisi yang ada, aku harus meng-cancel jadwal di dua weekend kemarin. Satu jalan-jalan ke Jawa Barat dan satunya lagi ke Ibukota negara.


Istriku mengajak untuk menginap diluar rumah, fix kali ini aku harus menyetujuinya. Survei ke beberapa tempat penginapan, akhirnya aku lakukan. Dan akhirnya, jadilah tempat penginapan disalah satu pinggiran kota.

Kamis, 5 Juli 2018 pihak penginapan meneleponku. Katanya, ada kamar kosong sehingga besok Jumat kami dipersilahkan untuk datang menempatinya. Jumat siang kami berangkat berdua kesana, sementara Aqila putriku bersama adik-adikku dirumah.

Sekamar berdua hanya bersama istri, bedanya dia mendapatkan pelayanan spesial dari penginapan. Bubur dan kecap adalah menu yang dihidangkan. Tidak lebih dari itu. Malamnya, pihak penginapan memintaku untuk mengambil menu spesial di Palang Merah Indonesia. Dua kantong jus merah berjenis O plus.

Sabtu dan Minggu, masih bermenukan bubur dan kecap, sambil sesekali melihat tayangan berita sebagai hiburannya. Weekend kali ini tidak ada menu lainnya. Sesekali aku izin ke istri untuk pulang ke rumah menjenguk Aqila, sembari membawakan es krim kesukaannya. Sampai di rumah, hanya video call yang mengantarkan kerinduan Ibu dan anaknya.

Senin, menu untuk istri berubah yaitu segelas susu tiap dua jam sekali, hingga tengah malam nanti dia harus mulai puasa.

Selasa siang, pihak penginapan menjemput untuk pindah kamar tidak jauh dari sebelumnya. Ummu Aqila akan menjalani pelayanan yang lebih intensif, untuk mengambil sesuatu yang ada di colonnya. Prosesnya cukup lama, kurang lebih 4 jam di kamar yang di pintunya bertuliskan steril itu.

Jam setengah empat aku dipanggil untuk masuk ke ruangan steril tersebut, melihat istri ku tertidur karena bius, namun tergambar jelas diraut wajahnya menahan rasa sakit. Kulihat sesuatu yang ditunjukkan oleh Bapak yang menggunakan masker, penutup kepala dan berseragam biru muda bahwa seonggok daging merah bercampur darah itulah yang membuat dia selama ini sering mengeluh.

Dengan kasur beroda empat, istriku dibawa kembali ke kamar tempat menginap sebelumnya. Belum sadar, namun sedikit bisa memberikan isyarat. Hingga Maghrib ia sudah mulai sadar sembari diiringi rasa sakit karena bedah diperutnya.

Sekali lagi ini aku katakan, aku menyayanginya karena Allah. Dengan kondisi yang demikian, ia tetap berusaha melaksanakan shalat Maghrib dengan kondisi tertidur dan sekedar isyarat. Dan berkomitmen untuk mengganti (qodho) sholat dhuhur dan ashar yang terlewat.

Rabu, Kamis masih belum banyak perubahan. Jumat ini tepat seminggu dia bermalam disini, alhamdulillah sudah mulai cukup lancar untuk diajak berbicara dengan sesekali hanya isyarat. Ummu Aqila tidak diperbolehkan untuk makan atau minum selama tiga hari, melainkan hanya asupan cairan dari selang yang mengalir melalui tangannya.

Ya Allah Ya Tuhanku, Tuhan dari segala manusia dimuka bumi, berikanlah kesembuhan kepadanya, angkatlah penyakitnya, dan jadikanlah penyakit yang ia derita sebagai pelebur dosa. Hanya kepadamu lah kami meminta kesembuhan, kesembuhan yang tak ada kambuh lagi." ( H.R. Bukhari dan Muslim)

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer