~*~ Mengukur Baju ~*~

Idealnya ketika sesorang ingin menilai ukuran baju yang dipakainya tentu dengan ukuran dirinya sendiri. Andai kata mengukurnya dengan ukuran orang lainpun sebenarnya bisa juga, meski tidak valid dan hanya perkiraan. Nah bagaimana jika sebaliknya, kita mengukur ukuran orang lain dengan ukuran kita. Ini juga hanya menghasilkan ukuran perkiraan, yang bisa jadi benar namun juga ada kemungkinan salah.

Jika mengukur baju orang lain dengan ukuran kita ada kemungkinan salah, yang menyebabkan kesalahan cukup fatal nantinya, bagaimana jika kita menilai ukuran amal seseorang dengan ukuran yang biasa kita lakukan?

Mungkin adakalanya kita menilai seseorang dengan standar amal yang biasanya kita lakukan. Ambil contoh, jika kita melihat orang setelah sholat jamaah 5 waktu di Masjid kemudian langsung pulang,lalu kita berfikir kenapa dia tidak sholat sunah ba'diyah rawatib terlebih dahulu sebagai amalan tambahan.

Disini kita sudah mulai "menilai ukuran baju seseorang dengan ukuran baju kita". Mungkin selama ini, ketika kita setelah sholat jamaah langsung pulang maka biasanya kita melewatkan yang namanya sholat sunah rawatib, maka kita pun berfikiran yang sama ketika melihat orang lain seperti itu. Padahal hal itu belum tentu, bisa jadi orang yang tidak sholat rawatib di Masjid, lebih memilih untuk sholat sunah rawatib nya di rumah saja, dengan harapan rumahnya biar tidak seperti kuburan yang tidak pernah dijadikan untuk tempat sholat.

Contoh lainnya, jika kita melihat seseorang membeli suatu barang, kemudian kita berkata, kenapa dia tidak bersedekah saja kok malah uangnya digunakan untuk yang lain. Disini, kita mulai menyamakan kebiasaan kita kepada orang lain, dimana kita biasanya ketika menggunakan uang untuk membeli suatu barang lantas ga ada sisanya untuk berinfak. Padahal bisa jadi, orang lain itu sudah menyisihkan sebagian rizkinya untuk berinfak yang tidak kita ketahui.

Inilah pentingnya menjaga hati, untuk tidak membiasakan diri mengukur ukuran baju orang lain dengan ukuran baju kita.